Hubungi kami:


(0285) 423223

(0285) 423223-303

Peringatan 10 Tahun Tsunami, Indonesia Jadi Tuan Rumah KTT

23-09-2015 08:17:05

Dalam rangka memperingati 10 tahun Tsunami di Samudera Hindia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) didukung oleh IOC/UNESCO dan Kemenristekdikti menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada tanggal 24 - 25 November 2014 di Auditorium gedung BMKG. Acara dibuka secara resmi oleh Menristekdikti M. Nasir dan dihadiri oleh Kepala BMKG dan beberapa pejabat teras Kemenristekdikti. Konferensi ini dihadiri oleh lembaga internasional seperti Unesco, WMO, dan ASEAN, serta 24 negara yang berada di Samudera Hindia dan merupakan sebagian negara-negara penerima informasi potensi tsunami dari Regional Tsunami Service Provider (RTSP).


Sejak tahun 2008, Indonesia telah ditetapkan sebagai RTSP untuk 28 negara di Samudera Hindia bersama dengan Australia dan India. Penetapan ini merupakan kepercayaan dunia atas keberhasilan Indonesia dalam menjaga, mengoperasikan dan secara konsisten melakukan pemeliharaan dan perbaikan Sistem Peringatan Dini Tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System -InaTEWS) yang memberikan informasi potensi tsunami untuk wilayah Samudera Hindia, oleh BMKG.


Kepala BMKG Andi Eka Sakya menjelaskan bahwa konferensi internasional ini juga menjadi langkah awal penjajagan kesimpulan sebagai bahan untuk The 3rd UN World Conference on Disaster Risk Reduction yang akan diselenggarakan dari 14 - 18 Maret 2015 di Sendai, Jepang. “Melalui BMKG, Indonesia menjadi tonggak pendirian Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System (IOTWS) sebagai wujud keterpaduan upaya bersama di bawah koordinasi IOC/UNESCO dalam rangka pengurangan resiko bencana gempa bumi dan tsunami,” papar Andi Eka Sakya.


Dalam pidato pembukaannya, Menristekdikti, M. Nasir mengatakan kebanggaannya terhadap Ina-TEWS (Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia), “Hampir semua peringatan tsunami yang dikeluarkan lebih cepat dari waktu yang ditargetkan yaitu lima menit setelah gempa,” ujarnya.


“Kita tidak hanya cukup angkat bicara saja, tapi apa yang akan kita lakukan ke depan. Bahkan di Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, kami coba mengkoordinasikan pendidikan tinggi yang mempunyai bidang ilmu yang berkonsentrasi pada bidang Oceanografi. Pengembangan Sistem Peringatan dini tsunami di Indonesia diharapkan ke depan lebih baik dalam penyampaian informasi dan pengamanan, dan bagaimana mengajak masyarakat tidak panik serta mengetahui apa yang harus dilakukan ketika ada gempa, sehingga tidak ada lagi korban jiwa (zero victim),” ujar M. Nasir mengakhiri pidatonya. (nisa-pkl/humasristek.ristek.go.id)